Overlord - Vol 12 - Chapter 1 Part 4

Posting Komentar

Chapter 1 : The Demon Emperor Jaldabaoth

Part 4

Remedios menggenggam pedang sucinya lalu menebas seorang demon - Wakil kaptennya sudah memberitahukan nama demon itu kepada Remedios, tapi dia sudah lupa sama sekali - menjadi dua. Dengan ditambahi kekuatan suci (holy), pedang tersebut bisa memberikan luka yang pedih terhadap makhluk-makhluk jahat, hingga berakibat fatal. Remedios telah menebas demon-demon yang mengamuk di penjuru kota satu persatu. Demon-demon yang roboh hilang menjadi asap putih yang tebal seperti keluar dari luka mereka. Dalam sekejap, tidak ada lagi jejaknya.

Namun, tanda-tanda akibat dari para demon itu mengamuk di kota tetap ada.

"Bagaimana bisa jadi seperti ini!?"

Dia melihat ke arah seorang prajurit yang roboh - bukan salah satu dari pasukan penjaga barisan depan, tapi seorang polisi patroli biasa - lalu Remedios berteriak marah.

Armor kulitnya terpotong dengan rapi, dan tangannya sedang memegangi perutnya yang berwarna merah gelap. Remedios bahkan bisa melihat warna merah muda organ-organ tubuhnya. Wajahnya jauh melebihi titik kepucatan, sekarang sudah putih seperti tak ada darahnya.

Meskipun Remedios tidak memiliki pengetahuan tentang medis, pengalamannya sendiri sudah cukup memberikan informasi untuk bisa membuat keputusan. Tidak ada waktu baginya untuk mengirimkan para prajurit yang terluka ke titik pengumpulan korban. Dia harus merawat mereka di tempat dengan magic.

Para prajurit itu masih belum tewas, tapi bukan juga selamat secara  ajaib, bukan juga karena para prajurit itu bagus, jadi apakah ini tujuan para demon tersebut? dia tidak tahu apa yang para demon itu rencanakan.

Tetap saja, pilihan untuk sengaja membiarkan para prajurit itu mati tidak ada di dalam hati Remedios. Tak ada siapapun yang akan sengaja membiarkan para prajurit yang telah memilih untuk menjadi sebuah perisai bagi negeri mereka untuk mengulur waktu. Dan yang terpenting adalah dia seorang paladin kebenaran.

"Mulailah menyembuhkan dia!"

Remedios ditemani bukan hanya oleh para elit paladin di belakang, tapi juga beberapa priest. Perintah Remedios diarahkan kepada mereka.

Sebagai balasannya, salah satu wakil Kapten melangkah maju dan berbisik ke telinga Remedios:

"Bukankah lebih baik membiarkan paramedis yang ada di belakang membantunya? Jika kita menggunakan mana dari para priest di sini, kita akan kehabisan ketika melawan Jaldabaoth, mungkin saja itu tujuan para demon-"

"---Ahh, kamu terlalu banyak bicara! Ini adalah perintah! Sembuhkan dia sampai dia bisa bergerak sendiri! Dan juga-"

Sampai sini, Remedios menoleh ke arah ajudan yang ada di sampingnya dan berkata:

"-Aku tidak bisa mendengarmu bergumam dengan memakai helm, jadi bicaralah yang keras!"

"Ah, tidak, tidak apa..."

"Bagus sekali!"

Magic healing (penyembuh) menjahit luka para prajurit itu dengan cepat. Tentu saja, penyembuhan itu belum selesai. Lagipula, ini hanyalah mantra tingkat satu, dan mantra tersebut tidak bisa menyembuhkan prajurit yang sudah di ambang kematian. Meskipun begitu, sudah cukup untuk menyembuhkan para prajurit hingga titik dimana mereka bisa berjalan terhuyung-huyung. Karena para prajurit sudah tidak lagi berada dalam bahaya kematian, tidak perlu lagi menyembuhkan mereka. Remedios masih ingat Omelan saudarinya yang tak hentinya mengingatkan dirinya untuk menghemat penggunaan sumber daya yang terbatas.

"Kalian para pemberani, tetaplah seperti itu dan dengarkan. Kami telah melakukan pertolongan pertama pada luka kalian, jadi mundurlah. Setelah itu biarkan petugas medis di belakang mengobati kalian."

Rasa perih karena berjalan mungkin cukup untuk membuat para prajurit itu berurai air mata. Namun, Remedios tidak lagi punya waktu untuk mendengarkan mereka. Dia harus tiba di tempat tujuan sebelum Jaldabaoth tiba.

Para prajurit itu juga merasakan arti dari tatapan kuat Remedios. Tak ada satupun dari mereka yang protes, mereka semua setuju.

"Baiklah! Kalau begitu sampai jumpa lagi nanti!"

Remedios berlari kecil di depan pasukannya. Armor logamnya lebih ringan dan mudah untuk bergerak daripada yang terlihat, melihat kemampuan fisik Remedios, dia bisa tiba di tempat tujuannya lebih cepat dari yang lain. Namun, adiknya Calca dan ajudannya sering berkata kepada Remedios, "Jangan maju sendiri setiap saat!" jadi Remedios menahan lagi keinginan untuk berlari dengan seluruh tenaga dan membuang keinginannya untuk menebus waktu yang telah terbuang.

Tak lama, Remedios telah tiba di tempat tujuannya, yaitu sebuah sudut kota.

Jalanan membentang di hadapan mereka. Evakuasinya telah lama selesai, jadi tidak ada orang di sana.

"Kapten, jika kita mengikuti jalan besar ini dan belok kanan, lalu kanan lagi, kita akan tiba di plaza tempat menunggu Jaldabaoth. Apakah anda ingin kami mengamatinya terlebih dahulu?"

"Tidak, tunggu Calca-sama dan saudariku - serta para petualang. Setelah itu, lakukan persiapan akhir dan angkat benderanya tinggi-tinggi!"

Patuh terhadap perintah Remedios, para bawahannya mengikatkan sebuah bendera ke sebuah gedung di kejauhan. Ini untuk memberitahukan kepada unit lain bahwa para elit paladin yang dipimpin Remedios telah tiba.

Operasi mereka akan melibatkan Calca dan pasukan pribadinya, Queralt dan para pilihan dari kuil, para petualang peringkat tinggi, dan sebuah pasukan paladin elit Remedios. Empat unit telah berpisah lalu menuju lokasi Jaldabaoth.

Ada sekitar lima ratus paladin di dalam orde. Sebagian besarnya sebanding dengan tingkat kesulitan dari dua puluh monster, dan diantara mereka terdapat para warrior hebat yang mampu membantai satu monster dengan tingkat kesulitan enam puluh satu lawan satu. Keseluruhan, ada dua puluh lima warrior ultra elit, yang membentuk inti dari pasukan Remedios.

Secara tidak sengaja, sisa tiga ratus lebih paladin saat ini sedang berdiri berjaga di dinding kota melawan para demihuman yang bergerak maju.

Awalnya, mereka harus membentuk sebuh kelompok lalu bergerak menjadi satu. Namun, Jaldabaoth memiliki sebuah kemampuan serangan area luas yang bisa meruntuhkan dinding, jadi mereka memilih untuk berpisah menghindari kehancuran akibat terkonsentrasinya pasukan mereka. Alasan mengapa mereka memasang bendera di kejauhan adalah agar meskipun Jaldabaoth melihat bendera itu dan menyerangnya, tidak akan menghalangi kelompok sisanya.

"Bisakah serangan penghancur dinding Jaldabaoth digunakan lebih dari sekali, Isandro?"

Ada dua Wakil Kapten di dalam Orde Paladin.

Salah satu dari mereka adalah seorang ahli pedang rata-rata, tapi ahli di dalam bidang lain, namanya adalah Gustavo Montanjes. Saat ini, dia sedang mengarahkan para paladin yang sedang memperkuat dinding-dinding kota, jadi dia tidak ada di sana.

Ada lagi yang lain, yang saat ini sedang berdiri di samping Remedios. Orang yang merupakan tujuan dari pertanyaan Remedios adalah salah satu dari sembilan warna pula, Isandro Sanchez, yang dipanggil "the Pink"

"Jika dia bisa menggunakannya berkali-kali, maka aku tidak tahu mengapa dia tidak menggunakannya. mungkin lebih masuk akal jika dianggap ada kondisi tertentu atau semacam delay sampai dia bisa menggunakannya lagi."

"Masuk akal. Kurasa memisahkan diri itu terlalu berlebihan."

"Tidak, bukan semacam itu. Mungkin dia sedang menyimpan tenaga untuk mengeluarkan sebuah kekuatan besar. Kita tidak boleh ceroboh."

"Ya ya, aku tahu."

Remedios menghentikan percakapan mereka. Lagipula dia tidak cocok dalam hal berpikir.

Terutama politik membuat kepalanya sakit. Dia benar-benar bingung terhadap alasan mengapa para bangsawan mengerutkan dahi terhadap kenyataan bahwa seorang wanita bisa naik tahta menjadi Ratu Suci (Holy Queen).

Mereka merasakan hal yang sama terhadap gelar Calca, yang merupakan kombinasi dari Raja suci dan Wanita. Mereka protes karena seorang wanita memimpin mereka dan istilah baru harus diciptakan karenanya.

Dengan catatan itu, akan lebih mudah dipahami jika itu adalah masalah siapa yang lebih kuat atau lebih lemah.

"-Kapten Custodio, rombongan priest dan para petualang telah mengangkat bendera mereka."

"Bagaimana dengan Calca-sama?"

"Masih belum."

"Begitukah... yah, sudah waktunya untuk mulai merapalkan mantra-mantra pertahanan yang memiliki durasi lebih lama. Ketika Calca-sama tiba, kita akan menuju Jaldabaoth dulu lalu bertindak seperti umpan untuk menarik perhatiannya. Kuatkan tekadmu dan berhati-hatilah terhadap serangan spesial yang dimiliki musuh."

"Tidak ada gerakan dari plaza".

Mereka telah memastikan bahwa pasukan yang mendahului telah dihabisi, dan jika target mereka berpindah lokasi, para petualang yang bertanggung jawab terhadap pengamatan pasti sudah memberitahu merea. Jika tidak ada kabar dari mereka, itu artinya Jaldabaoth belum bergerak dari plaza tempat dia muncul.

"Dia meremehkan kita, demon kecil menyedihkan itu. Mungkin berpikir bahwa jika dia bisa membunuh kita semua di sini, dia bisa menguasai negeri itu dengan mudah.

"Tidak, Kapten. Kelihatannya dia seperti sedang mengulur waktu. Jika kita terpaku di sini bertarung melawan Jaldabaoth, pasukan demihuman akan bisa mendapatkan kemenangan di tempat lain."

"...Oh begitu. Jadi itu juga memungkinkan... Jaldabaoth ini sangat pandai, huh."

"Kurasa dia sangat ahli dalam perencanaan karena dia adalah seorang demon."

"..Hmph. Dia hanya seorang demon yang terlalu percaya diri, aku akan hajar dia seperti seekor anjing dan membuatnya menangis dengan pahit."

Saat Remedios bersumpah sepert itu kepada para dewa, bendera terakhir telah berdiri. seakan sedang menunggu momen tersebut.

"Wakil kapten!"

"Baik! Semuanya, kita keluar!"

"Baiklah! Ikuti aku!"

Remedios mulai berlari, bertekad untuk menguburkan pedangnya ke wajah demon-demon itu.

Dia berbelok di sudut, berlari lagi, lalu belok  di sudut sekali lagi.

Akhirnya, dia melihat seseorang yang mencurigakan, berdiri di tengah plaza yang berwarna merah cerah dan bertaburan tubuh-tubuh yang roboh. Sebuah ekor keluar dari pinggang orang tersebut.

Deskripsinya hampir mirip dengan yang diberikan oleh para prajurit yang telah kabur.

Dia tidak memiliki sayap yang mirip kelelawar atau tanduk yang melingkar, dan satu-satunya tanda bahwa dia bukanlah manusia adalah ekornya. Dari sudut pandang itu, dia tidak lebih dari seperti seorang pria dengan topeng.

Namun-

"Apakah kamu yang namanya Jaldabaoth?"

"Kami ha - whoa!"

sebuah bau busuk yang tajam memenuhi udara saat mereka memasuki plaza, bau itu adalah bau dari darah dan organ-organ dalam. Ada sebuah suara daging tergencet saat dia melangkah masuk, tapi dia tidak lagi peduli dengan hal semacam itu. Yang tersisa adalah maju dengan kekuatan penuh dan ayunkan pedangnya.

Kejengkelannya bertambah saat Jaldabaoth dengan entengnya mengelak, lalu Remedios mengayunkannya lagi.

Itupun juga dihindari.

Remedios tahu sebanyak apapun waktu yang dihabiskan untuk belajar, dia takkan pernah mampu unggul dalam akademik. Karena alasan itu, dia menghabiskan seluruh waktunya untuk meningkatkan kemampuan bertarung, karena dia paham dirinya lebih berbakat dalam bidang tersebut. Sehingga, dia menjadi terkenal sebagai warrior terhebat di negeri ini.

Dan sekarang, insting paladin Remedios Custodio berteriak kepadanya.

Elakan Jaldabaoth bukanlah sebuah kebetulan. Dia bersikap kesombongan karena memiliki kekuatan untuk mendukungnya. Hanya sedikit manusia yang bisa bertahan dengan pertarungan yang akan terjadi, jadi Remedios harus memperkuat dirinya sendiri dengan magic.

Insting Remedios tak pernah gagal di waktu seperti ini.

"Mundur! Kalian semuanya mundur! - Tidak, bentuk sebuah barisan! Demon ini kuat!"

Setelah berkata demikian, Remedios mundur bersama orang-orangnya. Para bawahannya mundur lebih jauh darinya, tapi dia tidak bisa terlalu jauh. Setidaknya, dia bisa bergerak empat meter ke belakang, pada jarak dimana dia bisa mengambil sebuah langkah lalu menebas Jaldabaoth.

Jaldabaoth mengangkat  bahunya.

"Haaa... Dirimu mirip sekali dengan banteng. Apa ini? Jangan-jangan kamu sudah melihat sesuatu yang merah?"

Remedios mengacuhkan permainan kata demon tersebut, lalu pasukan yang dipimpin oleh Queralt dan Calca muncul di dalam penglihatannya. Terkejut dengan pemandangan Remedios yang menghadapi Jaldabaoth, mereke bergegas.

Jaldabaoth menoleh ke arah Calca, memperlihatkan punggungnya yang tanpa pertahanan kepada Remedios: Namun - insting Remedios bilang kepadanya bahwa Jaldabaoth mungkin sedang menunggu dirinya menyerang dari belakang, jadi Remedios terdiam.

"Kalian berdua! Dia sangat kuat! Jika kalian tidak menarik orang-orang kalian, mereka hanya akan mati sia-sia!"

Dua orang yang baru datang itu langsung merespon teriakan Remedios, dan hanya mereka berdua yang melangkah maju.

Remedios menjaga jaraknya dari Jaldabaoth sambil mengitarinya sampai dia berdiri di depan mereka berdua.

"Remedios, tolong jangan memaksakan diri."

"Dia benar, nee-sama. Bukankah kamu harus menghadapinya dengan semua orang sekaligus?"

Mata Remedios tidak berpindah dari Jaldabaoth meskipun saat sedang mendengarkan ucapan lirih mereka dari belakang. Mungkin Jaldabaoth berencana mengeluarkan kekuatannya yang bisa menghancurkan dinding  jika dia membuat sebuah gerakan, Remedios akan langsung meluncur dan menebasnya.

Namun, Jaldabaoth tidak menunjukkan tanda-tanda ingin melakukan apapun.

Sikapnya yang santai membuat Remedios tidak senang.

Aku harus, aku harus menghajarnya!

"Jadi kamu yang namanya Jaldabaoth?"

Jaldabaoth yang mengangkat bahunya merespon pertanyaan Calca hanya membuat Remedios semakin tidak senang. Setiap hal kecil yang demon itu lakukan hanya membuatnya tambah marah.

"Memang benar... budakmu langsung menyerangku tanpa berkata apapun. Apa yang akan dia lakukan jika nantinya salah serang? Yah, memang aku tertarik dengan orang-orang liar yang tak mampu bicara di dalam Holy Kingdom. Ah, hanya memastikan, bolehkah aku bertanya apakah kamu benar-benar Raja Suci (Holy King) yang saat ini berkuasa?"

"Memang benar."

"Tidak perlu mengatakan nama anda kepadanya, Calca-sama."

Remedios meluruskan pedangnya ke arah Jaldabaoth.

"Yang perlu diketahui adalah dia Jaldabaoth, dan yang perlu kita semua lakukan setelah itu adalah membunuhnya dan mengirimnya kembali ke neraka. Bicara dengannya hanya akan membuat lidahmu ternoda-"

"A-Ah, Remedios. Kita sedang bicara..."

Perkataan Calca yang membingungkan membuat Remedios memiringkan kepalanya. Apakah dia sudah mengatakan sesuatu tentang ini sebelumnya?

Queralat kelihatannya sedang mempersiapkan sebuah mantra di belakang, karena sebuah aliran panas keluar dari dalam tubuhnya, ditemani dengan kekuatan yang luar biasa. Serangan Remedios barusan bisa dihindari, tapi sekarang dia yakin dia bisa menyerang demon tersebut dalam keadaan seperti ini. Saat ini, Remedios berpikir. Jadi itu, bicara dengannya adalah untuk mengulur waktu bagi mereka.

"-Tetap saja, aku adalah orang yang baik hati, jadi aku akan mengobrol dengan kalian sementara waktu. Apakah kalian punya pertanyaan?"

Jaldabaoth menekan area di sekitar matanya pada topeng itu, sebuah gerakan yang telah dilihat oleh Remedios, Calca, Queralt dan Wakil Kaptennya berkali-kali sejak tadi.

"...Dan juga, silahkan, persiapkan diri kalian sampai puas. Pemandangan kalian - yang mati-matian mempersiapkan diri untuk mengalahkan aku - yang diinjak-injak dan dicabut nyawanya oleh sebuah kekuatan yang bahkan melebihi itu; benar-benar sebuah pemandangan yang akan menimbulkan keputusasaan yang lebih hebat bagi siapapun yang melihatnya dengan mata mereka sendiri - Itu akan menjadi pemandangan yang luar biasa."

"Aku tidak akan biarkan itu terjadi!"

"Maat Remedios, tapi bisakah kamu diam sejenak?"

Ada sebuah petunjuk dari nada yang kuat di dalam suara Calca, lalu Remedios terdiam. Itu hanya sebuah perubahan nada suara yang kecil, tapi dari pengalamannya, Remedios tahu bahwa Calca sedang marah.

"Remedios, mundurlah sedikit."

"Tapi, tapi jika aku mundur, aku takkan bisa menebasnya jika dia melakukan sesuatu yang aneh..."

"Ah, tidak apa. Aku tidak akan menyerang sampai kita selesai bicara, atau sampai kalian meluncurkan serangan kalian sendiri."

"Memangnya kita bisa percaya apa yang seorang demon katakan-"

"Remedios!"

"--Aku mengerti."

Remedios mundur sesuai perintah, dan adiknya membisikkan sesuatu melalui helm yang dipakai Remedios.

"Calca-sama sedang mencoba untuk mempelajari lebih banyak tentang lawan. kamu harus mengabaikan apa yang demon itu katakan dan bersabar."

Muu, Remedios meringis, wajahnya terlihat berkata, Aku tidak senang dengan ini.

Lawan mereka adalah seorang demon. Meskipun begitu, mereka harusnya mempertimbangkan jika apapun yang demon itu katakan adalah sebuah kebohongan. Bergegas masuk dan menebasnya adalah menghemat usaha dan sel otak. Namun, mengganggu sang tuan adalah sebuah sikap pengkhianatan terhadap kesetiannya. Jadi, dia menggeretakkan gigi dan menahan diri.

"Kalau begitu sekarang, Demon Emperor Jaldabaoth. Aku ingin bertanya sesuatu kepadamu. Mengapa kamu kemari? Jika kamu ingin menginjak-injak negeri ini, mengapa tidak bergerak bersama pasukan demihuman dari benteng? Atau jangan-jangan---"

"...Ah, kamu tidak usah berkata apapun lagi. Aku bisa bayangkan apa yang ingin kamu katakan. Kelihatannya kamu salah sangka. Alasan aku kemari sendirian bukanlah untuk berunding denganmu."

Sebuah ucapan lirih "oh begitu," datang dari Calca, yang sedang berdiri di belakang Remedios. Dia terdengar jelas sangat kecewa.

"Ada dua alasan mengapa aku kemari sendirian. Pertama adalah karena meremukkan kalian sendiri akan memperdalam rasa keputusasaan kalian yang jauh lebih besar dibandingkan jika kalian terbunuh di dalam pertempuran yang kacau dengan para pasukan demihuman. Alasan lainnya adalah - untuk menghindari kesalahan yang sama seperti saat di dalam Kingdom. Aku tidak menduga bertemu dengan seorang warrior yang ada di sana yang sekuat diriku. Oleh karena itu, aku datang kemari sendirian untuk melihat apakah ada makhluk yang setara denganku."

"Mungkin saja ada tahu?"

"Untuk hal ini aku yakin - tidak ada. Itulah kenapa aku memberi kalian waktu selama ini. Jika ada orang seperti itu, mereka akan ada di dalam kota ini - di sampingmu, orang terpenting di negeri ini. Namun, aku tidak menemukan seseorang yang seperti itu. Termasuk tikus-tikus ingusan yang sedang menyembunyikan diri mereka."

"Dasar brengsek! Apakah kamu menganggap kami lebih lemah dari warrior itu!?"

Remedios tidak bisa lagi berpura-pura tidak mendengar ucapan tersebut, dan itu membuatnya lupa terhadap kesabarannya dan berteriak marah. Ucapan Calca dan adiknya sudah separuh keluar dari kepalanya, tapi perintah untuk tidak menyerang Jaldabaoth hampir tak bisa ditahan.

"Tepat seperti yang kubilang. Apakah kamu tidak dengar? Apakah hanya itu yang anda inginkan, Holy Queen-sama?"

"Meskipun ada satu hal lagi - Angels, serang!"

Suara Calca yang kuat memenuhi plaza, dan para angel yang ada di sekitar dan sedang bersembunyi di antara para priest melebarkan sayapnya lalu terbang.

Ada lima angel yang memegang pedang api, disummon melalui mantra tingkat tiga - Archangel Flames. Ada dua puluh lebih yang disummon melalui mantra tingkat dua, Angel Guardian. Lalu, ada satu angel yang Calca summon sebelum tiba di sini - Principality of Peace.

Meskipun dia tidak ingat apa kekuatan yang dimiliki oleh para angel, dia ingat bahwa Principality of Peace yang Calca summon bisa menggunakan mantra divine tingkat bawah dan bisa menggunakan kemampuan seperti protection from evil, smite evil, dan mass silence, diantara yang lainnya. Itu karena dia sering melihat Calca mensummonnya.

Merasakan nafsu membunuh di sekitarnya, Remedios mengerti bahwa dia tidak perlu lagi menahan diri, jadi dia menyerang. Biasanya, para priest akan mendukungnya dengan mantra-mantra serangan, tapi tidak ada. Mungkin mereka menyimpan mana untuk mensummon para angel.

Remedios mengaktifkan sebuah skill dari satu job class miliknya, Evil Slayer. Kekuatan Divine di dalam pedang sucinya semakin kuat.

Dalam sekejap, lima petualang tiba-tiba muncul di belakang Jaldabaoth. Mereka pasti telah menggunakan magic yang tak kasat mata untuk bisa mendekat. Dia tidak tahu mengapa mereka tiba-tiba menjadi bisa terlihat. Meskipun dia tahu ada sebuah mantra yang disebut [Invisibility], dia tidak tahu mantra macam apa itu atau bagaimana mantra itu bisa dinetralkan.

Jaldabaoth tidak merespon para petualang yang tiba-tiba muncul. Tidak – kelihatannya dia bahkan tidak menyadari mereka.

Saat itu, Remedios penasaran apakah dia salah duga terhadap aura intimidasi dari Jaldabaoth. Atau lebih tepatnya, apakah ini hanyalah sebuah ilusi atau sebuah bayangan ganda, dan yang asli tidak berada di sini?

Tidak – dia menolak deduksi yang terakhir. Itu tidak mungkin. Instingnya – kemampuannya untuk mencium kejahatan – bilang kepadanya bahwa Jaldabaoth ada di sana.

Para petualang terlihat terkejut, lalu menebas Jaldabaoth dalam kepanikan. Saat dia berpikir senjata mereka akan mampu menyentuhnya, Jaldabaoth mengeluarkan satu set pasang sayap aneh di belakangnya. Sayap-sayap itu menusuk para petualang yang mencoba menyerangnya dari belakang.

Mungkin darah berbusa yang dia keluarkan adalah karena dia tertusuk di dada dan darah mengalir masuk ke dalam paru-parunya, tapi dengan jejak terakhir nyawanya, seorang petualang mengayunkan senjatanya ke arah Jaldabaoth.

Namun, Jaldabaoth membiarkan serangan itu datang. Tanpa ada tanda sedikitpun dia telah terluka.

Karena mereka ada di sini, para petualang itu seharusnya sangat mahir. Memang wajar untuk berasumsi bahwa mereka akan memegang senjata berelemen holy sebagai persiapannya. Meskipun begitu, mereka tidak bisa meninggalkan satu bekas pun padanya, itu menunjukkan demon ini sangatlah tinggi tingkatannya.

Dalam beberapa saat kondisi pertempuran berubah, Remedios menyerang dengan berteriak Yeeeart! Lalu menebas secara diagonal dengan pedang sucinya.

Jaldabaoth melompat satu langkah ke belakang, lalu benda yang mirip tentakel itu – tidak, mungkin itu memang tentakel – sayap – sayap itu melemparkan para petualang yang berlubang tersebut kepadanya.

Remedios tidak berniat untuk menerimanya secara langsung.

Dia melepaskan tangan kirinya dari gagang pedang, lalu memukul mereka semua ke arah samping –

“[Flow Acceleration].”

-lalu mengaktifkan sebuah martial art, melangkah maju, dan menusuk.

Pedang suci yang menusuk ke arah tenggorokan Jaldabaoth itu ditahan oleh sepasang cakar yang tiba-tiba keluar –

“[Holy Strike]”

Remedios menyuntikkan kekuatan suci (holy power) di dalam pedangnya kepada cakar-cakar tersebut sesaat setelah mereka membuat kontak.

Ini adalah teknik dasar bagi paladin, dan pada asalnya ini dimaksudkan untuk digunakan saat pedang seseorang menggigit daging musuhnya, tapi itu bukan berarti tidak bisa digunakan untuk serangan sentuhan. Karena sebagian besar dari kekuatan ilahi (divine power) hanya meledak di permukaan, itu tidak akan memberikan luka yang begitu besar, tapi Remedios masih menggunakannya. Itu karena saat para petualang terbunuh, instingnya sebagai seorang paladin – yang disebut oleh sang adik sebagai insting binatang – berteriak bahwa dia harus menunjukkan mereka masih bisa menahan Jaldabaoth, dan mencegah moral prajurit yang ada di sekitar menjadi jatuh.

“Oh begitu....”

Para angel berdesakan diantara Remedios dan Jaldabaoth saat yang terakhir mundur. Mereka meluncurkan serangan sambil melayang di ketinggian sekitar kepala.

“Tch,” Remedios berdecak lidah.

Suara logam yang terdengar saat pedang sucinya membuat kontak dengan cakar Jaldabaoth menunjukkan seberapa keras cakar tersebut. Ditambah lagi, kenyataannya Jaldabaoth bisa menghindari pukulan dengan mudah dari dirinya yang sudah diperkuat secara magic – meskipun dengan gaya yang agak kikuk – menunjukkan seberapa tinggi kemampuan fisik Jaldabaoth itu.

Hanya ada beberapa orang yang bisa bersaing dengan makhluk hebat seperti itu. Meskipun para angel yang disummon dengan mantra tingkat tiga dan dua biasanya ahli dalam membabat monster, mereka hanya mengganggu saja selama pertarungan ini. Terutama para angel yang maju mundur sangat mengganggu.

“[Penetrate Magic – Holy Ray]”

Adik Remedios merapalkan sebuah mantra. Namun, mantra itu hilang di hadapan Jaldabaoth seakan seperti dipentalkan.

“[Twin Penetrate Magic – Holy Ray]”

Calca mengeluarkan dua sinar cahaya. Dia mungkin berpikir itu tidak masalah selama salah satunya bisa menembus mantra kebal Jaldabaoth, tapi sayangnya serangan Calca sama tidak berdayanya seperti adik Remedios.

Itu artinya Jaldabaoth memiliki resistansi magic yang sangat tinggi. Dengan kata lain-

Aku harus habis-habisan!!

Remedios meneriakkan seruan untuk meningkatkan semangatnya.

“Gunakan kepalamu dan biarkan para angel bertarung! Ini tidak ada gunanya!”

Kenyataannya adalah meskipun para angel memiliki keunggulan dalam hal tinggi dan mengepungnya dari segala arah, Jaldabaoth masih sangat tenang. Tapi itu memang wajar. Meskipun setelah dikelilingi oleh begitu banyak orang, tak ada satupun serangan yang mengenai Jaldabaoth.

Para petualang berlari untuk mengambil rekan-rekan mereka yang telah roboh di kaki Remedios. Meskipun  tubuh mereka yang tidak bergerak jelas terlihat sudah tewas, mereka masih percaya dalam kemungkinan yang sangat kecil akan sebaliknya.

“....Menyusahkan saja. Meskipun mereka tidak lebih daripada serangga, sekumpulan serangga masih merepotkan.”

Jaldabaoth terdengar sangat tenang.

Memang benar, mampu menegasikan mantra-mantra yang diarahkan kepadanya dari belakang dan menghindari serangan fisik dengan sempurna membuat dirinya terlihat sangat unggul jauh sekali. Namun-

Apa kamu kira kami tak pernah bertarung melawan musuh seperti ini sebelumnya?

Kecuali summoner mereka adalah spesialis, monster-monster yang disummon pada dasarnya lebih lemah daripada mereka yang memanggilnya. Oleh karena itu, ada kasus dimana serangan para angel berakhir sia-sia.

Melawan musuh yang kuat, cara terbaik menggunakan para angel adalah—

Para angel yang melayang bergegas menuju Jaldabaoth berbarengan. Mereka tidak menggunakan pedangnya, tapi menjegal Jaldabaoth.

--Untuk mengganggu gerakan lawan dengan cara ini.

Cara ini sangat efektif.

Mungkin Jaldabaoth mulai semakin kaku, tapi Jaldabaoth berubah menyerang, dan dalam satu sapuan cakarnya menyebabkan beberapa angel hilang tak berbekas.

Namun, para angel di belakang mengisi celah tersebut, melanjutkan serangan menggantikan rekan mereka yang sudah tidak ada.

Ini adalah hal yang menakutkan dari monster-monster yang disummon. Karena mereka adalah makhluk-makhluk yang tidak mati meskipun mereka dibunuh, mereka bisa dimanfaatkan sepenuhnya dengan cara ini.

Para angel yang datang seperti air terjun yang ganas, tanpa henti atau istirahat, dan serangan balik Jaldabaoth yang mengalir membuat Remedios menjadi takjub. Namun-

Itu adalah kecerobohan dari pihakmu

Remedios bergrak dengan halus untuk melangkah masuk ke dalam pertahanan Jaldabaoth,  sebuah celah fatal terlihat ketika dia bertahan terhadap para angel yang datang dari depan.

“—Apa!?”

“Yeeeart!”

Remedios mengaktifkan sebuah skill, lalu martial art, menggunakan pedang suci miliknya untuk menyerang dengan seluruh kekuatannya.

Dia telah memilih untuk menghemat kekuatan terbesar pedang suci itu karena instingnya bicara bahwa ini bukan waktunya untuk jurus yang sangat kuat , yang mana hanya bisa digunakan sekali sehari.

Terkena pukulan terkuat yang bisa dikeluarkan oleh Remedios, Jaldabaoth terbang mundur seakan dihempaskan oleh ufuk, hingga menabrak sebuah toko di sisi lain plaza.

Remedios melihat tangan yang sedang menggenggam pedangnya.

“-Oh sial.”

“Nee-sama! Kamu berhasil!”

Dia berteriak marah merespon seruan gembira adiknya.

“Ini masih belum selesai! Bagaimana bisa dia terbang sejauh itu?”

“Menilai dari kekuatan kasarmu, kurasa itu mungkin, Nee-sama...”

“Dia terbang sendiri!”

Memang benar, bukan hanya dia membiarkan Jaldabaoth keluar dari kepungan, Remedios bahkan memberinya peluang untuk bersembunyi di dalam sebuah rumah.

Alasan mengapa mereka bisa menghadapi musuh seperti Jaldabaoth adalah karena mereka bisa mengepung musuh mereka dan memaksanya menghadapi banyak orang sekaligus. Membiarkannya bersembunyi di dalam rumah yang sempit itu terlalu berbahaya.

Ditambah lagi, tindakan Jaldabaoth sekarang berubah. Mungkin saja sekarang dia sudah berhenti bermain-main.

“Remedios! Apa yang harus kita lakukan?” Teriak Calca.

Biasanya, Remedios akan bertanya lalu Calca yang menjawab, tapi sekarang malah sebaliknya. Dalam pertarungan, dia lebih baik dan mampu membuat keputusan yang benar daripada dua orang lainnya.

“Luluh lantakkan rumah itu tanpa harus mendekatinya!”

Setelah mendengarnya, para priest merapalkan mantra penyerang satu persatu.

Mereka merobohkan rumah tersebut dalam sekejap. Namun, sulit dipercaya jika Jaldabaoth hancur karena tertimpa reruntuhan. Bahkan Remedios dengan armor yang diperkuatnya bisa selamat dalam keadaan seperti itu kecuali dia sangat tidak beruntung. Dan juga-

Remedios melihat ke arah pedangnya, yang tidak ternoda oleh darah.

Mungkinkah dia bergulung menjauh dengan terbang? Apakah dia telah menggunakan martial art seperti [Fortress] atau semacamnya? Ataukah itu skill khusus Demon? Ada banyak kemungkinan untuk itu, tapi keadaannya tidak akan menjadi susah jika dia tidak bisa melihatnya.

Diantara suara kehancuran, rumah-rumah yang ada di dekatnya runtuh karena mantra dengan efek luas. Kotoran dan debu memenuhi udara, dan dia pun mau tidak mau terbatuk-batuk.

“Hei Remedios, mengapa Jaldabaoth belum keluar?”

“..Nee-sama, jangan-jangan dia sudah keluar dengan teleportasi?”

Demon  yang bicara dengan searogan itu? Aku tidak bisa membayangkan dia lolos tanpa terluka...

“..Kita harusnya menggunakan api. Siramkan minyak dan nyalakan. Bolehkah saya minta izin anda untuk melakukannya, Calca-sama?”

“Nee-sama, apakah kita mau melakukan ritual api suci? Melakukan ritual semacam itu untuk melukai lawan... apakah itu tindakan yang harus dilakukan oleh paladin?”

“Tidak apa, jika Remedios berpikir itu adalah cara yang terbaik, maka kita akan melakukannya. Tidak, kita harusnya melakukan itu. Karena dia adalah demon, ada alasan mengapa dia tidak terluka.

“Kalau begitu, Calca-sama, persiapan ritualnya..”

“Kita tidak punya waktu untuk itu. Tolong gunakan versi yang simpel.”

Calca melihat lurus saat berkata demikian, lalu dari sudut mata Remedios, dia melihat adiknya yang bertanya-tanya apakah dia harus pergi “Tapi itu—

Menyederhanakan mantra ritual api suci akan memberikan tekanan yang sangat besar pada tubuh penggunanya. Ini bukanlah sesuatu yang dia, sebagai salah satu bawahan Calca yang ditugaskan untuk menjaga keselamatannya, rekomendasikan. Namun, akan lebih parah jika mereka memberikan waktu kepada Jaldabaoth.

“Jika kamu pikir ini adalah cara yang terbaik, maka aku akan melakukannya. Namun, jika aku melakukannya sendirian, aku takkan mampu membantumu setelah itu. Tolong simpan itu dalam pikiran... kalau begitu bisakah kamu nyalakan apinya segera?”

“Mengerti-“

“-Kukuku. Wah, ini cukup menjengkelkan.”

Tiba-tiba, suara Jaldabaoth terdengar dari balik reruntuhan.

“Nee-sama!”

“Aku tahu!”

Remedios langsung berdiri di depan Calca dan mempersiapkan pedangnya.

Lagipula Jaldabaoth telah dikubur di bawah rumah. Oleh karenanya, membawa serta serangan api suci adalah pilihan yang tepat. Mereka tidak berpikir dia mungkin hilang kesadaran karena terkejut dikubur di bawah reruntuhan rumah.

“Kelihatannya sudah waktunya serius.”

“Oh? Kalau begitu harusnya kamu melakukan itu sejak tadi. Aku akan tunggu, mengapa kamu tidak menunjukkan kepadaku kekuatanmu yang sebenarnya?.... Calca-sama, Queralt, mundur.”

Remedios membisikkan arahannya kepada mereka berdua. Di waktu yang sama, Reemedios juga mundur, membiarkan para angel yang disummon membentuk dinding antara dirinya dan Jaldabaoth.

“Oh ya. Kalau begitu, tolong mundurlah. Akan sangat mengecewakan jika kalian mati karena gelombang kejutku.”

Tumpukan kayu dan bata yang roboh menggelembung. Saat mereka roboh ke tanah, sesuatu yang besar perlahan berdiri diantara mereka.

“...Jaldabaoth?” Remebdios pun mau tidak mau bergumam.

Itu karena dia terlihat sama sekali berbeda dari Jaldabaoth sebelumnya. Membuatnya penasaran apakah dia berganti tempat dengan demon lain. Namun, tidak banyak demon yang terlihat seperti itu.

Memang benar, itu adalah Jaldabaoth. Itu adalah bentuk asli Jaldabaoth.

Dia mengepakkan sayapnya, lalu api membakar ujung ekornya yang panjang. Lengannya yang besar dan memenakutkan juga terbakar. Wajahnya yang jahat mengeluarkan ekspresi kemarahan.

“Para Priest, perintahkan para angel untuk maju menyerang!”

Mematuhi perintah Calca, para priest memerintahkan angel yang mereka summon untuk bergegas masuk. Jaldabaoth tidak menyerang balik para angel saat mereka mengayunkan senjata mereka. Dia hanya menahan benturan itu dalam hening. Meskipun dia dikepung dan dipukuli. Kelihatannya tidak terlhat kesakitan sedikitpun. Kelihatannya seperti sekumpulan anak-anak sedang mencoba memukul paladin yang berarmor lengkap dengan tongkat.

“Inilah wujud asliku.”

Jaldabaoth berbicara dengan suara serak, suara yang sangat rendah  seakan menggoyahkan lubang di perut mereka. Dia mengambil langkah ke depan, lalu gerombolan angel yang menekannya dipaksa mundur.

Dia mengabaikan setiap serangan yang dibuat para angel ambil perlahan mengangkat tangannya yang dibalut api, lalu mengepalkan tinjunya. Bentuknya yang berapi mirip dengan bom gunung berapi yang panas dan merah.

“Sekarang, kalian para serangga bodoh dan mengganggu – lenyaplah.

Dengan suara bang, para angel yang seharusnya ada di depan Remedios menghilang.

Jaldabaoth telah memukulnya dengan kecepatan yang luar biasa, bahkan penglihatan Remedios yang terlatih pun tidak bisa menangkap satu frame gerakannya. Hanya dengan satu pukulan cukup untuk memusnahkan seluruh angel yang membentuk dinding bagi Remedios.

Ini adalah wujud sebenarnya Jaldabaoth.

Remedios menelan ludah saat dia menyaksikan kekuatan yang luar biasa yang bisa dengan mudah membantai beberapa angel dalam sekali pukul, lalu dia menggenggam pedang sucinya erat-erat. Keringatnya mengalir keluar dan kelihatannya membuat pakaiannya berubah warna di balik armor itu.

Bi – Bisakah dia memenangkan ini? Tidak-

“-Yeeeeeeeeeeeeeart!”

Remedios berteriak untuk menghilangkan ketakutannya. Meskipun itu gerakan tanpa pikir panjang, jika dia tidak menyerangnya sekarang, sama saja dia sudah mengakui kekalahannya di dalam hati. Remedios menggengam erat pedang sucinya lalu melaompat maju.

Dia menggunakan seluruh kekuatan tubuhnya dalam pukulan memotong yang besar.

Jaldabaoth tidak menahan atau menghindarinya.

Lalu – pukulan itu terpental dengan mudah dan menggelikan.




“…Eh?”

Pedang tersebut terbuat dari logam yang tak dikenal, lebih keras daripada adamantite, terpental oleh kulit Jaldabaoth.

Remedios melihat ke atas namun Jaldabaoth tidak melihat ke arahnya. Mirip dengan bagaimana seorang manusia tidak peduli dengan ulat yang menggeliat di tanah.

“Menghadapi dengan tangan kosong sedikit merepotkan… tidak, ada sebuah senjata yang bagus di sini.”

Jaldabaoth melangkah maju, tidak menghiraukan Remedios. Tubuhnya yang besar membuatnya menyingkir.

“Apa--? Si – Sialan!”

Remedios dan para angel yang baru saja di summon menebas punggung Jaldabaoth. Namun, kulitnya yang berkilauan seperti logam tetap tidak tersentuh oleh pedang-pedang mereka.

Mereka menyerangnya dengan mantra-mantra serangan. Namun, semua mantra itu pun terpental.

Si Brengsek ini tidak berhenti sama sekali, apa yang sedang dia lihat-

Wajah Remedios berubah pucat saat dia melihat ke arah tujuan Jaldabaoth. Calca dan Queralt ada di sana.

“Kalian semua, lakukan sesuatu! Hentikan dia! Cepatlah hentikan dia!”

Remedios meneriakkan perintahnya kepara para paladin yang ada di belakang mereka. Dia tidak terpikirkan apa manfaat mereka, tapi dia membiarkan Jaldabaoth tiba di tempat Calca dan Queralt.

“Biarkan Calca dan Queralt mundur! Dia mengincar mereka berdua!”

Para Paladin dan Priest membentuk barisan tertutup di depan keduanya, membentuk sebuah dinding. Dinding yang rapuh dan menyedihkan.

“Berhenti! Hentikan! HENTIKAN!!” Remedios berteriak saat dia mengayunkan pedangnya lagi dan lagi.

Namun, tak satupun yang dia lakukan bisa menembus kulit Jaldabaoth.

Para Paladin mengayunkan pedang mereka, para priest merapalkan mantra mereka, meskipun begitu, mereka tidak bisa menghalangi Jaldabaoth sedikitpun. Dia berjalan dengan santai, tanpa berkata sepatah katapun.

Orang-orang yang menyentuh api yang melingkar di sekitar Jaldabaoth meraung lalu roboh di tanah, namun Jaldabaoth tidak bermaksud menyerang.

“Kalian berdua, larilah! Kita tidak bisa menghentikannya sekarang ini!” teriak Remedios, kepalanya berada dalam keadaan yang benar-benar bingung.

Jaldabaoth seharusnya diusir oleh para petualang Kingdom. Dia setingkat dengan petualang adamantite, mungkin bahkan lebih kuat. Kalau begitu, mengapa dia tidak berdaya terhadap Jaldabaoth?

Pasti ada sesuatu yang bisa kulakukan! Aku harus menemukannya! Aku harus menemukan sesuatu yang bisa melukainya!

Pasti ada suatu alasan tertentu dari kemampuan Jaldabaoth yang tak terkalahkan. Sama seperti bagaimana beberapa monster yang sangat sangat tahan terhadap semua logam kecuali perak, pasti ada semacam kemampuan bertahan ras yang melindungi tubuhnya.

Tapi kemampuan macam apa!???

Instingnya yang sangat bisa diandalkan tidak berkata apapun.

Sampai saat ini, hanya wakil kaptennya atau Queralt atau Calca yang memberikan perintah. Yang dia lakukan adalah melaksanakan perintah itu. Namun, mereka bertiga tidak berkata apapun sekarang.

Kefrustasian mulai menumpuk di dalam diri Remedios, namun dia hanya memiliki satu hal yang jelas.

Selama mereka berdua bisa kabur, mereka akan bisa menghalangi Jaldabaoth mencapai tujuannya.

Mereka berdua kelihatannya juga paham, karena mereka berdua berputar lalu berlari tanpa melihat ke belakang.

Itu bagus. Tidak ada waktu lagi untuk bengong seperti orang-orang idiot di medan perang yang sebenarnya. Meskipun jika Remedios tewas, selama Holy Queen, kepala negara, selamat, masih ada harapan. Meskipun dalam skenario terburuk Holy Queen tewas, selama adiknya masih hidup dan mereka berhasil membawa jasadnya, mereka bisa membangkitkannya lagi.

Beberapa priest – mungkin mampu melakukan mantra tingkat tiga – berdiri berjaga di samping Calca. Mereka berperang sebagai dinding, yang seharusnya mampu untuk mengulur waktu bagi mereka berdua untuk kabur.

“Hmph [Greater Teleportation]”

Tiba-tiba, Jaldabaoth hilang, lalu pedang di tangannya hanya menebas udara.

“Apa!?”

Remedios panik dan melihat sekitar, lalu jeritan yang memilukan tiba di telinganya. Jantung Remedios meloncat. Suara itu datangnya dari arah tujuan kabur mereka berdua.

Namun, dinding pasukan paladin membuatnya tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi.

Kekuatan item magic yang dia miliki menekan rasa ketakutannya, tapi rasa cemasnya terus membesar. Jika adiknya dan penjaga mereka terbunuh, maka hanya Calca yang bisa berdiri melawan Jaldabaoth. Dia adalah puncak dari Holy Kingdom, jika dia kalah, maka negeri itu akan runtuh bersamanya.

“Minggiiiiiiirrrrrrr!” Remedios berteriak saat dia menembus dinding tersebut dengan berlari. Pasukan Paladin cepat-cepat menyingkir untuk memberinya jalan.

Dia terlalu jauh dari Calca.

Betapa lambatnya tubuh Remedios.

Remedios selalu menganggap kekuatan lengan dan ketangkasan kakinya berada pada puncak kemampuan manusia, dan itu merupakan sumber kebanggaan yang bisu baginya. Namun, saat ini untuk pertama kalinya dia tahu bahwa itu bukan apa-apa kecuali hanyalah kebanggaan palsu.

Yang Remedios harus lakukan adalah selamat dari satu kali pukulan. Seberapa parahpun dia, ada banyak priest di sini. Masih ada jalan, selama dia tidak mati.

Sementara Remedios berkata kepada dirinya sendiri sambil berlari, dia melihat Jaldabaoth telah menggenggam Calca. Dia tidak sanggup lagi memastikan keselamatan Queralt.

Tangan Jaldabaoth yang sangat besar memegang erat kaki Calca. Tangan-tangan itu dilingkari api. Remedios mendengar suara seperti daging Calca yang terbakar dibalik armornya, lalu wajahnya menjadi tidak karuan karena rasa perih sambil menggeretakkan gigi-giginya.

Dasar bajingan brengsek! Dia mengambil sandera!

Apakah Jaldabaoth akan membuat sebuah permintaan – sambil mempersiapkan kuda-kuda, Remedios seperti ragu dengan ucapan Jaldabaoth selanjutnya.

“Sebuah senjata yang bagus.”

“-Huh?”

Remedios melihat pedang suci yang sedang digenggamnya.

Apakah dia menginginkan ini?

“Sejak pertama kali aku melihatnya, aku merasa ini akan menjadi senjata yang bagus.”

Dia mengangkat tangannya, mengangkat Calca setara dengan penglihatannya. Jaldabaoth melenturkan lengannya. Kelihatannya dia seperti sedang latihan mengayunkan pedang.

Ada sebuah suara retakan, dan Calca merintih karena kesakitan yang hampir bisa ditahan.

Tak mampu menahan kekuatan luar biasa Jaldabaoth dan berat badannya sendiri, sendi-sendi di lutunya sekarang bengkok ke arah yang tidak semestinya.

Saat itulah Remedios menyadari maksud Jaldabaoth.

Dia bermaksud menggunakan Holy Queen, Calca Bessarez, sebagai sebuah senjata.

“Kamu, apa yang kamu..”

Remedios tidak bisa memahaminya.

Namun dia tidak punya pilihan lain selalin memahami.

“Baiklah, apakah sekarang giliranku?”

Sebuah senyum keji  muncul di wajah yang berapi itu, lalu Jaldabaoth mendekati Remedios.

Apa yang harus dia lakukan?

Remedios mundur, dan paladin yang ada di belakangnya ikut mundur pula.

Apa, apa yang bisa kulakukan di  saat seperti ini? Apa yang harusnya aku lakukan?

Remedios melihat ke sekeliling untuk mencari bantuan, lalu di belakang Jaldabaoth, dia melihat para priest yang melindungi Calca dan Queralt roboh di tanah.

Sementara para priest itu tidak bergerak, adiknya masih bisa bergerak lirih. Mungkin dia diam-diam merapalkan mantra.

Queralt masih hidup! Tapi siapa yang harus kuselamatkan dahulu – Aku harus bertanya kepada Isandro.

“Isandro! Apa yang harus kita lakukan?!”

“Mundur!”

“Aku mengerti! Semuanya, mundur! Ayo mundur! Cepat mundur!”

“-Apa? Tidak mau bertarung? Dan setelah aku bersusah payah mendapatkan sebuah senjata untuk menghancurkan kalian…[Fireball].”

Jaldabaoth mengulurkan tangan yang tidak sedang menggenggam Calca lalu meluncurkan mantra serangan tingkat tiga. Sebuah bola api meluncur lalu meledak, mengorbankan para paladin di dalam area yang diakibatkannya.

Dilindungi oleh mantra penahan api, para paladin hampir berhasil menghindari luka yang serius. Namun, itu hanya bisa membuat mereka lolos dari kematian.

Calca menggeliat dan berusaha mati-matian, tapi dia tidak bisa lepas dari genggaman Jaldabaoth.

“Benar-benar wanita yang menjengkelkan. Sekarang ini kamu adalah senjata, Bersikaplah seperti senjata.”

Tubuh Jaldabaoth sedikit melentur saat dia mengangkat tangan yang menggenggam Calca.

“HENTIKAN!” Remedios berteriak dengan derita yang menyedihkan saat dia menyadari maksud Jaldabaoth. Lalu, Jaldabaoth mengayunkan lengannya ke bawah, mengabaikan ratapan Remedios.

Splat.

Calca tidak berhasil melindungi dirinya tepat waktu, wajahnya remuk di tanah.

Setelah itu, Jaldabaoth perlahan mengangkat lengannya lagi, Calca tergantung lemas dari tangannya, setelah kehilangan semangat berontak.

Penutup kepalanya terbuka di bagian wajah. Itu adalah untuk meningkatkan moral pasukan dengan kecantikannya.

Namun, wajah cantik itu sekarang tertutup oleh gumpalan darah segar. Kelihatannya hidup Calca menjadi rata, karena bagian dari wajahnya itu sekarang terbentang halus.

“Dasar bajingan!”

“Dasar bodoh! Hentikan!”

Salah satu bawahannya – seorang paladin – tidak bisa menahan diri untuk tidak menghunus pedang lalu merangsek ke arah Jaldabaoth. Remedios ingin menghentikannya, tapi sudah terlambat.

Jaldabaoth mengayunkan pedangnya ke arah paladin tersebut, dengan sebuah kecepatan seperti tidak sedang menggenggam tubuh manusia.

Keduanya berbenturan, lalu paladin tersebut terbang dengan suara logam yang menggelegar.

Armornya bengkok ke dalamseperti dipukul oleh raksasa, menunjukkan seberapa kerasnya benturan dengan Calca yang terjadi.

Mata Remedios tidak bisa terlepas dari tubuh Calca.

Manusia mungkin memiliki kulit yang lebih lembut daripada spesies lain, tapi manusia yang kuat bisa menyelimuti tubuhnya dengan ki atau magic, dan jika mereka masih sadar, mungkin mereka bisa menahan sebuah sabetan tanpa terluka.

Memang benar. Jika mereka masih sadar.

Mungkin penutup kepalanya terlepas akibat benturan tersebut, karena penutup kepalanya itu terbang sehingga rambut panjang Calca berkibas kencang karena angin. Wajahnya yang terbalik kacau bersimbah darah, hidungnya remuk dan gigi depannya hancur, matanya bergulung ke atas dan sebuah erangan lirih keluar dari tenggorokannya. Kecantikannya yang dianggap sebagai harta negara, telah hilang tak berbekas. Keadaannya yang sekarang terlalu tragis untuk diungkapkan dengan kata-kata.

“Apa yang harus kita lakukan, Isandro!? Bagaimana kita bisa menyelamatkan Calca?!”

“A, Aku tidak tahu!”

“Kalau begitu apa gunanya kamu!? Bagaimana kita bisa menyelamatkan Calca!?”

“Aku tak pernah membayangkan hal seperti bisa terjadi! Tak ada yang bisa kita lakukan kecuali mundur!”

“Jadi kamu ingin aku mengabaikan adikku dan Calca di sini!?”

“Apa lagi yang bisa kita lakukan!?”

Lalu Remedios tidak bisa berkata apapun lagi.

“Ya ampun, pemandangan manusia yang sedang bertengkar di depan musuh mereka adalah pemandangan yang menakutkan. Yah, memang sudah saatnya. Waktu bermain sudah habis.”

“Apa?”

Jaldabaoth perlahan melihat ke langit.

“Sudah waktunya pasukanku tiba di kota ini. Aku harus menghancurkan gerbang itu dan mengantarkan masuk badai pembantaian dan pembunuhan besar-besaran.”

“A, Apa kamu kira kami akan mengizinkanmu melakukannya?”

Mengizinkanku? Aku tidak perlu kamu mengizinkanku apapun. Yang bisa kamu lakukan adalah menerimanya. Seperti, hadiah dari bintang.”

Jaldabaoth mengangkat tangan yang sedang tidak menggenggam Calca, Lalu, seperti sedang mencari sesuatu – dia menunjuk ke arah langit.

“-HENTIKAN!!!” Remedios berteriak karena dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan.

Namun, semuanya terdiam di tempat, tangan mereka seperti terikat. Itu karena mereka tidak bisa menyerang Jaldabaoth, yang sedang menggenggam Holy Queen sebagai sandera.

Tidak, semuanya takut jika mereka menyerangnya, dia akan menghadangnya menggunakan tubuh Calca. Apa yang harus mereka lakukan jika Calca mati karena pukulan mereka sendiri?

Tak memperdulikan kebingungan Remedios dan yang lainnya – bintangpun jatuh.

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter