Overlord - Vol 7 - Chapter 4 Part 3

Posting Komentar

A Handful of Hope - Segelintir Harapan

Part 3

Overlord Light Novel Bahasa IndonesiaSetelah mempercayakan pembersihan para penyusup kepada yang lainnya, Ainz duduk di singgasana dan mulai menyalakan monitor. Saat dia melihat-lihat data Nazarick, hal-hal yang dia paling fokuskan adalah perubahan yang terjadi pada total jumlah dana, yang mana amat kecil. Ini karena yang paling besar penyebabnya adalah karena tidak tidak mengaktifkan berbagai jebakan yang memakan jumlah uang yang besar. Dari keadaan sejauh ini, percobaan hari ini bisa dinilai lebih dari sukses.

Ainz tersenyum - meskipun tidak mungkin muncul di wajahnya - kepada Albedo yang berwajah tegang dan sedang menunggu di sisinya, gugup mendengar penilaian dari Ainz, lalu memujinya.

"Bagus sekali. Meskipun para penyusup kali ini agak terlalu rapuh dari sudut pandang kita, mereka dianggap sebagai kekuatan menakutkan di dunia ini. Dan kamu bahkan bisa menyelesaikannya sambil tetap menjaga pengeluaran hingga minimum, kelihatannya mulai dari sini, aku bisa benar-benar tenang ketika mempercayakan pertahanan Nazarick kepadamu, Albedo."

"Saya sangat berterima kasih sekali."

Albedo membungkukkan kepalanya dalam-dalam sambil membuat ekspresi lega.

"Ngomong-ngomong Ainz-sama, Apakah waktu tepat?"

"Tidak masalah. Aku sudah dengar dari Pandora's Actor, para petualang telah memutuskan untuk menunggu beberapa hari lagi, atau hingga ada perubahan di dalam reruntuhan, sebelum pergi."


Fakta bahwa tak ada worker yang kembali bahkan ketika sudah pagi telah menyebabkan kepanikan diantara para petualang, dan mereka bergegas melaporkan itu kepada Momon-Pandora's Actor, yang menyarankan mereka untuk menunggu beberapa hari lagi. Biasanya, ketika ada sesuatu yang tak diduga terjadi, hal yang paling tepat adalah mundur ke lokasi yang aman dan mengukur situasi sekali lagi dari sana. namun, keadaannya berbeda karena kehadiran tim berperingkat adamantite.

"Kalau begitu, bisakah saya sedikit mengambil waktu anda? Sebenarnya, saya memiliki penawaran yang saya harap Ainz-sama bersedia mendengarkannya."

"Ada apa, Albedo? Apakah kamu tidak bisa menunggu sedikit lagi?...Okay, tidak masalah sekarang."
Setelah memastikan sekali lagi situasi dari Hamsuke dan lizardmen sekali lagi pada monitor, Ainz menghadap kepada Albedo. "Penawaranmu tentang apa itu?"

"-Ya" Albedo menatap sekelilingnya sebelum melanjutkan, "ini tentang hal-hal yang disebutkan oleh orang-orang bodoh tadi, mengenai pencarian para Supreme Being, level berapa prioritas yang harus kita berikan?"

"Yang paling tinggi. Ambil tindakan apapun yang diperlukan selama tidak membawa bahaya kepada Great Tomb of Nazarick atau membocorkan keberadaan kita pada prosesnya."

Ainz langsung menjawab.

"Seperti yang saya duga. Saya mengerti. Kalau begitu, inilah penawaran saya: mohon perkenankan saya untuk secara pribadi memilih para anggota dan memimpin unit yang ditugaskan untuk mencari para Supreme Being."

"Apa sebenarnya yang kamu sarankan?"

Suara Ainz sengaja dibuat menjadi dingin sekali lagi. Itu karena dia menyadari emosi gelap yang berdiam di dalam dirinya.

Ada beberapa peluang dalam pencarian rekan-rekannya, namun setiap kali rencana itu ditunda karena alasan seperti 'kekurangan tenaga' atau 'kekurangan informasi'.

Jika mereka tidak bisa menemukan rekan-rekan Ainz bahkan setelah mencari ke setiap sudut dunia, pemikiran seperti ini adalah alasan mengapa Ainz tidak bisa membulatkan tekad. Daripada memastikan bahwa hanya dia satu-satunya yang tersisa di dunia ini, akan lebih mudah baginya untuk bergantung pada harapan melalui terkumpulnya ketenaran yang cukup, rekan-rekannya pasti akan bisa menemukan dia.

"Ya. Meskipun kami bisa langsung memutuskan bahwa apa yang dikatakan oleh orang-orang bodoh itu adalah kebohongan, saya yakin ada waktunya di masa depan dimana akan sulit bagi kita untuk menilainya. Untuk alasan ini, kurasa memang perlu bagi kita untuk memiliki unit yang ditugaskan untuk memutuskan keakuratan laporan-laporan yang diterima begitu juga untuk mencari para Supreme Being. Akan lebih baik bagi saya untuk menyelidiki mereka sebelumnya, lalu melaporkan penemuan saya kepada Ainz-sama."

Ainz memegang dagunya dan bergumam, "begitukah..." Saat dia mengingat percakapan sebelumnya dengan para worker, apa yang dia rasakan bukanlah kemarahan namun sebuah rasa kehampaan. Tak ada yang lebih menyakitkan daripada menari diantara harapan dan keputusasaan. Sebagai pimpinan sebuah organisasi, dia harus menyingkirkan emosi pribadinya dan membuat keputusan untuk bergerak maju kapanpun sebuah momen yang sangat penting muncul, meskipun itu hanyalah sebuah langkah kecil.

"Albedo, tidak perlu harus kamu, ya kan? Aku berharap kamu bisa tetap disini untuk mengatur Nazarick bagiku. Tentang kebutuhan untuk pergi keluar dan mencari informasi... Bukankah Mare dan Aura lebih cocok? karena Dark Elf ada di dunia luar."

"Seperti yang anda katakan. Namun, jika itu masalahnya, saya akan khawatir jika mereka 'bergerak liar'. Sebagai contoh, saya bisa membayangkan Shalltear pasti akan bergegas dan ceroboh jika informasi mengenai Peroronchino-sama ditemukan. Saya tidak yakin tindakan macam apa yang akan diambil oleh Aura dan Mare jika informasi mengenai Bukubuku Chagama-sama malahan."

"Ternyata begitu.." setelah memikirkan Shalltear, Ainz tersenyum pahit. "Memang benar, kelihatannya dia akan bertindak seperti itu."

"Itulah kenapa saya berharap anda akan mempertimbangkan untuk mengizinkan saya membentuk unit sendiri."

"...Jika informasi mengenai Tabula-san ditemukan, apakah kamu juga akan 'bergerak liar'?"

"Mohon anda tenang. Sebagai orang yang memegang posisi sebagai Pengawas dari para Guardian Nazarick, saya takkan pernah melakukan hal semacam itu. Ini adalah janji saya."

"...Ternyata begitu."

Memang sangat kecil kemungkinannya bagi seseorang seperti Albedo, yang memang mampu dan bijak dalam mengatur operasi Nazarick, bergerak liar. Meskipun ada beberapa hal-hal yang menyendat dalam perjalanannya, dia mampu mengatur Nazarick tanpa sebuah masalah selama Ainz tidak ada disana, yang menunjukkan bahwa dia layak untuk dipercayai.

"Secara pribadi, aku percaya Demiurge juga cocok dengan tugas ini. Namun, dia dibebani dengan banyak tanggung jawab lain saat ini. Kurasa mungkin terlalu berlebihan menambahkan tugas mencari informasi mengenai Supreme Being di atas pekerjaan yang saat ini harus ditangani."

"Itu memang masuk akal. Kalau begitu, bagaimana dengan Pandora's Actor?"

"Ya, seperti yang saya harapkan. Mohon perbolehkan saya meminjam Pandora's Actor untuk menjadi ajudan saya untuk tugas ini."

"Ternyata begitu. Bahkan di dalam Nazarick, kalian berdua adalah diantara yang paling cerdas, jadi kelihatannya akan lebih kecil kemungkinannya membuat kesalahan jika kalian berdua menanganinya bersama-sama.... Meskipun ada juga tugas untuk mengatur harta Nazarick... Baiklah, selama kamu membutuhkannya, kamu boleh memiliki prioritas meminjamnya."

"Saya sangat berterima kasih sekali. Dan juga, apakah tidak apa bagi saya untuk menambahkan beberapa saran?"

Ainz mengangkat dagunya, mengisyaratkan kepada Albedo untuk melanjutkan.

"Untuk tugas mencari para Supreme Being, saya ingin memilih hanya mereka yang mampu."

"Tentu saja. Aku akan memberimu bawahan dengan peringkat tertinggi."

"Saya sangat berterima kasih sekali. Setelah itu, jika Ainz-sama berkenan menciptakan beberapa ajudan undead untuk saya, itu akan sangat membantu."

"Permintaan itu aku akan menolaknya. Memang benar ajudan yang aku buat bisa hingga level 90, namun-"

Undead yang bisa diciptakan oleh skill spesial Ainz, yang membutuhkan konsumsi poin experiencenya - Overlord Wiseman dan Grim Reaper Thanatos - salah satunya saja akan lebih kuat daripada NPC tentara bayaran manapun. Namun, Ainz ingin menghindari penggunaan skill apapun yang mengkonsumsi poin experience untuk sekarang, karena saat ini dia tidak memiliki cara untuk cepat-cepat mendapatkan kembali poin itu seperti yang bisa dia lakukan di dalam YGGDRASIL.

"Benar sekali, sebaiknya itu tidak dilakukan. Albedo akan bertanggung jawab terhadap timnya; ajudannya adalah Pandora's Actor. Sisanya akan dipilih di antara para monster."

"Saya mengerti. Ada satu saran lagi yang ingin saya buat, jika mungkin, bisakah kita menjaga pembuatan unit ini rahasi dari para Guardian lain?"

"Mengapa? Bukankah lebih baik menerima bantuan dari Guardian lain?"

"Tidak, jika penanganan laporan yang diterima buruk pengaturannya, mungkin bisa menghasilkan kebocoran dari informasi yang mencurigakan sebelum bisa dipastikan. Jika itu masalahnya, Guardian lain atau mereka yang diciptakan oleh Supreme Being mungkin akhirnya ingin ikut memeriksanya pula. Jika informasi yang diterima adalah sebuah jebakan, itu akan membuat semuanya dalam bahaya. Karena saya memiliki spesialisasi dalam pertahanan, saya mungkin bisa kabur. Namun, saya takut sulit bagi yang lainnya untuk berhasil mundur."

"Alasan yang valid. Baiklah, Albedo. Lakukan sesukamu."

"Saya sangat berterima kasih sekali! Ainz-sama!"

Albedo membungkukkan kepalanya dalam-dalam, menyebabkan rambutnya yang panjang menggantung ke bawah, menutupi wajahnya.

"Bagus. Aku akan menyerahkan masalah ini padamu kalau begitu."

"Tentu saja! Unit rahasia dan khusus ini akan melaksanakan perintah yang paling penting. Kami pasti tidak akan membiarkan Ainz-sama menyesali keputusannya."

Respon Albedo kelihatannya sedikit aneh. Jika dia harus mengekspresikan perasaannya di dalam hati, mungkin akan terlihat seperti sebuah kepala yang miring karena bingung.

Yah, lupakan saja.

"Kalau begitu, pilihlah bawahanmu. Ambil yang baru diciptakan, selama mereka sudah tidak ditugaskan untuk hal lainnya. Berapa banyak yang kamu butuhkan dari mereka yang memiliki level sekitar 80?"

"Saya yakin lima belas cukup untuk sekarang."

"Lima belas? Bukankah itu sedikit terlalu banyak.." Ainz berhenti bicara dan menggelengkan kepalanya. Mencari rekan-rekannya adalah tugas penting. Kalau begitu, dia tidak seharusnya pelit tentangnya. "Ah, begitukah? Aku mengerti."

"Kalau begitu, saya ingin meminta satu hal lagi. Apakah mungkin bagi saya untuk memberi perintah kepada Rubedo pula?"

"Ditolak."

Ainz langsung menjawab.

Individu terkuat di Nazarick, Rubedo. potensi tempurnya baik di atas Sebas, Cocytus dan Albedo dalam istilah pertempuran jarak dekat murni. Shalltear akan dianggap lemah jika dibandingkan, bahkan kenyataan Ainz sendiri dalam equipment penuh kelihatannya akan kalah terhadap Rubedo.

Hanya sedikit yang mungkin bisa menang dari satu itu adalah mereka yang ditempatkan di lantai 8, dan hanya jika mereka menggunakan item-item kelas dunia. Seperti yang kuduga, kurasa mereka tidak akan bisa memberikan perlawanan yang bagus terhadap indiviu itu, jika tidak...

"Percobaan untuk mulai mengaktifkan Rubedo kurang lebih sudah sukses. Aku tidak berencana untuk menggerakkannya sekarang. Disamping itu, apakah ada alasan tertentu sehingga kamu membutuhkan jumlah kekuatan tempur setinggi itu?"

"Saya malu untuk mengatakannya, apakah anda masih mau mendengarkannya?"

"Tidak masalah."

"Jarang sekali kesempatan seperti ini terjadi, jadi saya ingin menciptakan tim terkuat."

"Hahahahaha-!"

Itu adalah penjelasan yang kekanak-kanakan namun bisa dimengerti dari Albedo yang menyebabkan Ainz meledak tawanya. Meskipun emosi Ainz hampir ditekan, sebuah perasaan enteng yang menyenangkan masih tetap ada seperti ombak yang menyebar di air.

"Ainz-sama!"

Ainz tersenyum kepada Albedo, yang mengeluakan ekspresi bingung - meskipun ekspresi wajah Ainz tidak berubah - lalu memberikan balasan berikut ini.

"Maaf, maaf. Ah, ahem. Itu tadi memang lucu ok? Baiklah, kalau begitu, aku akan memperbolehkanmu mengambil kendali peritah terhadap adikmu."

"Apakah itu tidak apa?"

"Tidak masalah. Silahkan saja dan buatlah timmu. Mungkin di masa depan, tim milikmu ini bahkan bisa digunakan untuk hal lain."

"Saya sangat berterima kasih sekali, Ainz-sama."

Albedo membungkukkan kepalanya dalam-dalam sekali lagi, menyembunyikan wajahnya dari pandangan. Bahkan Ainz tak mampu melihat ekspresinya, Ainz membayangkan Albedo pasti membuat senyum lembut yang seperti biasanya. Saat Ainz akan mengalihkan perhatiannya kembali ke monitor, Entoma tiba-tiba masuk ke ruang takhta. Dengan punggung yang lurus dan tegak, Entoma berjalan hingga tiba di singgasana. Dengan satu lutut menyentuh lantai, dia membungkuk.

"Maafkan saya yang sudah menyela."

"Ada apa, Entoma?"

Membalas nada kasar Albedo, Entoma membalas "Ya" tanpa merubah sikap berlututnya.

"Saya disini untuk melaporkan bahwa sudah waktunya Aura-sama dan Mare-sama melakukan bagian rencana yang selanjutnya."

"Begitukah?.. Angkatlah kepalamu."

Setelah membalas sekali lagi dengan kalimat pendek "Ya", Entoma mengangkat kepalanya.

"Masih ada sisa sedikit waktu. Jadi mari kita antar mereka dengan benar. Tidak elok rasanya melakukan hal itu dengan telepati, jadi aku harus merepotkan Entoma untuk pergi dan memberitahukannya kepada mereka berdua sendiri."

"Saya mengerti."

Albedo melihatnya tanpa bersuara figur Entoma saat dia berdiri dan berjalan menjauh dari singgasana. Dia lalu dengan hati-hati mengamati Ainz dan bertanya demikian.

"...Ainz-sama, apakah anda merasa tidak senang? Mereka seharusnya menyuruh seorang maid selain Entoma untuk datang. Saya akan pergi dan menegur mereka nanti."

"..Untuk apa?"

"Karena membiarkan Ainz-sama mendengarkan suara gadis cilik itu yang tidak sopan sekali lagi-"

"Ah, aku tidak merasa terganggu sama sekali. Terlebih lagi, akulah yang memanggil Entoma- Tunggu! Entoma!"

"Ya! Apakah ada hal lain yang bisa saya lakukan untuk anda?"

Ainz membuat isyarat tangan kepada Entoma yang bergegas kembali, mengindikasikan bahwa tidak apa baginya menjawab dari tempat dia berada.

"Apa yang terjadi dengan bagian-bagian lain? Apakah mereka sudah dimanfaatkan dengan baik?"

"Ya, Kepalanya diberikan kepada Silk Hat Demon. Lengannya dibagi antara para Deadman Struggler. Demiurge-sama mengambil kulitnya. Bagian-bagian yang tersisa diberikan kepada anak-anak dari Grant untuk dibuat berpesta. Seluruhnya, saya yakin setiap bagian sudah dimanfaatkan dengan efektif."

"Begitukah? Kalau begitu, tidak apa. Itu adalah tanggung jawab dari seorang pemburu untuk tidak membuang sisa sedikitpun hasil buruannya. Setiap pemburu pasti akan melakukan hal yang sama. Anggap ini sebagai upacara penguburan."

"Betapa... sangat baik hati. Mampu menunjukkan kebaikan seperti itu bahkan kepada para pencuri kotor yang sudah berani menyusup, seperti yang diduga dari seorang Supreme Being. Jika ucapan Ainz-sama didengar oleh semua orang di dalam Nazarick, mereka pastinya akan tersentuh dan mengeluarkan air mata."

Ainz pun akhirnya merasa tertekan setelah mendengar ucapan Albedo yang dipenuhi dengan emosi sambil melihat mata Entoma yang bersinar, dipenuhi dengan rasa hormat.

"..Umu. Yah, ahem.. Ini hanya sudut pandang pribadiku; bukan sesuatu yang aku harap untuk dipaksakan kepada kalian. Tapi dari keliahtannya... anggap saja ini sebagai bentuk dari etika untuk tidak membuang-buang sisa apapun."

"Saya mengerti. Kalau begitu, kita seharusnya memanfaatkan dengan lebih baik lagi yang lainnya!"

Melihat mereka berdua membungkuk, Ainz pun merasa bahwa entah bagaimana, di suatu tempat, sesuatu sepertinya ada yang salah, dan membelas dengan sebuah ucapan "umu".

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter